Kenapa Orang Rusia Tidak Percaya AS
Orang Rusia percaya bahwa Washington bertindak agresif dan merupakan musuh Moskow.
Survei menunjukkan bahwa mayoritas orang Rusia menganggap AS dan kebijakannya sebagai ancaman dan memiliki dampak negatif terhadap dunia. Para pakar percaya bahwa ketidaksukaan terhadap Washington ini berawal dari Perang Dingin dan konflik politik terkini.
Survei menunjukkan bahwa mayoritas orang Rusia menganggap AS dan kebijakannya sebagai ancaman dan memiliki dampak negatif terhadap dunia. Para pakar percaya bahwa ketidaksukaan terhadap Washington ini berawal dari Perang Dingin dan konflik politik terkini.
Dalam beberapa tahun terakhir, mayoritas
orang Rusia semakin memiliki satu pandangan mengenai siapa yang dianggap paling
mengancam tanah air mereka. Survei Levada Center menunjukkan, dari 2013 hingga 2017 jawaban
paling populer terhadap pertanyaan ini adalah Amerika Serikat. Tahun ini, 69
persen orang Rusia percaya bahwa Washington bertindak agresif dan merupakan
musuh Moskow.
Begitu pula dengan AS.
Ketika Fox News mengadakan survei serupa, 64 persen orang
Amerika menganggap Rusia sebagai musuh, di bawah Korea Utara, Iran, dan Suriah.
Kejayaan Masa Lalu
“Kita hidup di periode hubungan yang sulit. Saya rasa ini tidak
pernah terjadi sejak keruntuhan Uni Soviet,” kata Sergei Kislyak, Duta Besar
Rusia untuk AS, kepada Kommersant pada awal 2016. Tampaknya,
tidak banyak perubahan sejak saat itu.
Kislyak benar. Sikap orang
Rusia ke AS tidak terlalu parah pada awal 1990-an. Menurut hasil kajian Levada
Center, orang Rusia memiliki pandangan yang baik terhadap orang Amerika saat
itu. Dari 1990 hingga 1991, 74 persen orang Rusia yang diwawancarai menyebut AS
sebagai negara nomor satu yang harus diajak bekerja sama, dan 51 persen
menganggapnya negara yang ramah. Orang Rusia sempat percaya pada AS dan percaya
bahwa mengikuti jejak mereka akan membuat Rusia sukses dan berjaya.
Dari Cinta ke Benci
Namun begitu, bulan madu itu tidak berlangsung lama. Pada akhir
1990-an, banyak orang Rusia yang kecewa. Seperti yang diungkapkan Denis Volkov,
sosiolog dari Levada Center, Rusia pasca-Soviet baru saja lahir dan tidak
sesuai dengan kriteria politik dan ekonomi orang-orang Barat. Lebih lagi,
politisi Amerika, yang memainkan peran penting di dunia Barat, tidak tertarik
untuk bersatu dengan Rusia.
Petinggi-petinggi di Rusia berharap
Washington dapat mencabut amandemen Jackson-Vanik (yang
membatasi hubungan perdagangan bilateral) dan membantu Rusia bergabung WTO. Ini
tidak terjadi pada 1990-an — Washington tidak mau, dan situasi ekonomi Rusia
memburuk.
“Harapan orang Rusia dengan
cepat berubah menjadi kekecewaan,” ujar Volkov dalam sebuah artikel.
“Kebanyakan orang tidak mengerti bahwa Rusia bertransformasi dari negara
adidaya menjadi mitra kecil (setelah Uni Soviet runtuh), dan masih harus
belajar dari senior-seniornya. Hal ini menyebabkan trauma, sehingga muncul
paham anti-Amerika.”
Peran Media
Volkov percaya bahwa media Rusia yang dikontrol pemerintah
berperan dalam menyebarkan paham anti-Amerika ini.
Vladimir Vasilyev, kepala
peneliti di Institut Kajian AS dan Kanada di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia
(RAN), percaya bahwa di AS juga tersebar paham anti-Rusia yang disebarluaskan
media di negara itu. Mengomentari hasil survei Fox News di
atas, Vasilyev mengatakan, “Setelah keruntuhan Uni
Soviet, penguasa-penguasa AS hampir tidak melakukan apa-apa untuk mengubah
pandangan buruk terhadap Rusia.
Pemerintah dan Rakyat Tidak Sama
Tidak peduli seburuk apa hubungan politik
antara kedua negara, hal itu tidak mempengaruhi sikap rakyatnya terhadap satu
sama lain, kata Kislyak. “Orang Rusia tidak memiliki pikiran negatif terhadap
orang Amerika sebagai sebuah bangsa sekalipun ketegangan politik tetap ada,” ujarnya kepada Kommersant.
Perspektif ini hal yang lumrah
di kalangan orang Rusia. Sebagai contoh, Sergey Kozin, seorang editor dan
penerjemah yang menjawab pertanyaan
“Kenapa banyak orang Rusia yang tidak suka AS?” di situs web The Question
(Quora.com versi Rusia), menjawab: “Musuh itu samar dan tak berwajah. Orang
Rusia akan menyukai orang Amerika dan memperlakukan mereka dengan baik.”
Comments
Post a Comment